PendidikanUmum

Keren! Siswa SMPN 1 Yogya Raih Prestasi Lewat Riset Beras Analog Superfood dari Limbah Pangan

350
×

Keren! Siswa SMPN 1 Yogya Raih Prestasi Lewat Riset Beras Analog Superfood dari Limbah Pangan

Share this article

BISNISQUICK.COM – Ketiga bahan tersebut dikeringkan, diolah menjadi tepung, lalu dicetak menjadi beras analog. Mereka berharap inovasi ini bisa diproduksi massal ke depan. “Kami ingin mengembangkannya dari sisi warna, pencetakan, dan proses produksi,” ujar Aisyah.

Dari hasil studi literatur dan eksperimen, mereka menemukan bahwa ampas tahu sangat ideal dipadukan dengan labu kuning sebagai sumber makro nutrien dan daun kelor sebagai sumber mikro nutrisi. “Labu kuning kaya karbohidrat dan serat, sedangkan kelor mengandung zat besi, kalsium, dan provitamin A,” jelas Aisyah.

Keduanya menjelaskan bahwa ide itu muncul dari keinginan memanfaatkan limbah bernilai tinggi yang belum banyak digunakan. “Produksi ampas tahu di Indonesia mencapai 4.000 ton per hari. Bagi lingkungan limbah ini berbahaya, tapi bagi manusia tidak. Setelah diuji dengan Biuret, kandungan proteinnya ternyata sangat tinggi,” kata Azkadinia.

Dua siswi SMP Negeri 1 Yogyakarta, Azkadinia Seira Putri Arsyajati dan Aisyah Nur Aini Larasati, meraih Juara I kategori penelitian dalam Anugerah Inovasi dan Penelitian Kota Yogyakarta berkat inovasi pangan berbasis limbah ampas tahu.

Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar upacara peringatan Hari Pahlawan dan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61 Tahun 2025 di Lapangan Balai Kota, Senin (17/11). Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo memimpin langsung jalannya upacara dan menekankan dua agenda besar: penguatan inovasi generasi muda serta optimalisasi layanan kesehatan primer di tingkat masyarakat.

Dalam sambutannya, Hasto memuji kreativitas siswa SMP yang berhasil menciptakan ekstrak pengurang bau kaki. Ia menyebut karya tersebut sebagai indikator kualitas SDM yang adaptif dan produktif. “Kemajuan SDM hari ini ukurannya pada inovasi yang produktif. Bagi anak SMP, ini sudah luar biasa. Kualitas SDM kita ditentukan oleh kemampuan memproduksi inovasi,” katanya.

See also  Surabaya World Choral Festival 2025 Pererat Persahabatan Lintas Bangsa Melalui Musik

Selain mendorong budaya inovasi, Hasto menegaskan pentingnya memperkuat layanan kesehatan primer melalui jejaring Posyandu dan Puskesmas. Menurutnya, keberhasilan Primary Health Care akan berdampak langsung pada kualitas layanan kesehatan tingkat lanjutan. “Kita punya Posyandu dan Puskesmas yang menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat. Jika layanan dasar ini kuat, maka level berikutnya akan ikut kuat,” ujarnya.

Namun Hasto mengakui masih ada tantangan terutama dalam integrasi data kesehatan. Ia mencontohkan sistem di Belanda yang memungkinkan dokter umum memantau kondisi seluruh pasien secara real-time. “Kita masih tertinggal jauh. Karena itu saya ingin mulai dari satu kampung satu tenaga kesehatan,” tegasnya. (EKI)